Jumat, 11 Mei 2012

Kisah Kakek penjual amplop

Tadi sore, setelah membuka akun facebook ternyata salah seorang sahabat berbagi tautan ke dinding saya dan ternyata saya buka pemirsa, tautannya adalah kisah Kakek penjual amplop di depan kampus ITB yang dulu pernah tak sengaja kami temui dan saya sempat membeli amplopnya...

Teringat kurang lebih 10 bulan yang  lalu saat saya, Afra, Kak Ira, Sukma, sedang jalan-jalan di pasar kaget depan ITB, menghibur diri sembari menunggu pengumuman tes SMUP Apoteker UNPAD. Rata-rata semua orang Bandung tau kalo di depan kampus ITB,banyak penjual jajanan mulai dari makanan, seperti bakso, soto, nasi uduk, batagor, mie n masihh banyak lagi sampe rujuak buah serta cemilan cepuluhh..eheheh, gak hanya itu, ada juga sendal, jam tangan, celana, baju, tas dan semua itu dengan harga lumayan terjangkau..pokoknya hampir semua kebutuhan mahasiswa ada deh.. Rameee bangett disana tuh, biasanya kalo kita jalan itu harus desak-desakan, karena selain jalanannya sempit, terjadi kemacetan pejalan kaki karena pada saat ada yang mau membeli otomatis pembeli itu akan melakukan transaksi dan berdiam diri lama didepan lapak sehingga menghalangi orang lain yang mau jalan...

Namun, ditengah-tengah keriweuhan dan kasak-kasuk yang terjadi antara penjual dan pembeli, ada seorang Kakek tua yang buka lapak kecil cukup sederhana dengan jualan yang amat sederhana...tau gak apa,, ?? Kakek tua itu jualan "AMPLOP"..
Dijaman sekarang yang serba moderen, serba via mobile buat ngirim pesan, via ATM buat ngirim uang, via email buat ngirim surat, bahkan sesekali orang menggunakan telepati sebagai kontak batin menyampaikan pesan, hehehehe  tapi si Kakek itu jualan amplop.
Kebanyakan orang-orang lain hanya lalu lalang sibuk mencari apa yang bisa memenuhi keinginan mereka. Jika dihitung-hitung dari sekian banyak pembeli yang mayoritas mahasiswa, kira-kira berapa banyak yang lagi butuh amplop. Kalo dipikir-pikir dan di ingat-ingat kapan terakhir kali kita menggunakan amplop. Tapi apa, si Kakek tua itu tetap berjualan amplop.
Melihatnya aja dah mengiris-iris hati, dah membuat hati bergetar pengen ngebantuin tapi dengan cara apa, selain dengan membeli amplopnya dan berbagi sedikit rejeki kepada Kakek penjual amplop itu.

Saya membeli beberapa bungkus amplop Kakek dengan harga Rp. 1000 per bungkus kalo gak salah sebungkus isinya 10 lembar...murah kan ? lumayanlah daripada beli di toko buku, mana bisa dapat amplop dengan harga segitu. 
Amplop sebagian ku bagikan sebagai hadiah ke Afra, Kak Ira n Sukma dan sebagian lagi kusimpan sapa tau nanti ada keperluan untuk menggunakan amplop, dan Alhamdulillah sisa amplopnya sekarang sudah terpakai semua.
Setelah membaca tautan itu, ternyata si Kakek membeli amplop di toko dengan harga Rp. 7.500 untuk 10 bungkus amplop dan Kakek hanya mengambil keuntungan Rp. 250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.Subhanallah sekali, sudah jualan dengan keadaan sulit kayak gitu, harus nunggu pembeli yang mungkin pembeli dengan rasa kasihan untuk membeli amplopnya, sudah panas-panasan duduk seharian, si Kakek hanya mengambil keuntungan sedikitt, hanya Rp. 250 coba. Butuh laku 10 bungkus baru bisa dapat untung Rp. 2500. Nah kalo dah untung segitu, bisa beli apa dengan uang Rp.2500. Beras seliter pun gak cukup dengan uang segitu, gorengan cuman dapat 5. Dan itu kalo sehari lakunya 10 bungkus, gimana kalo dalam sehari itu hanya laku 3-5 bungkus.

Kakek itu berjuang untuk tetap hidup, tanpa mengeluh tanpa menyesali apa yang menjadi takdirnya. Saya salut, saya bangga melihat orang-orang kecil seperti mereka, tapi memiliki hati yang besar. Rela berjualan, bekerja dengan keuntungan seperti itu, daripada mencuri atau meminta-minta kepada orang lain sementara dirinya masih sanggup utnuk bekerja. Rela menghabiskan masa tuanya dengan membanting tulang dimana seharusnya masa-masa itu dipakai untuk beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Namun Kakek itu tak putus asa, setiap hari masih membuka lapak kecilnya, mencari rejeki dan memiliki harapan bahwa akan ada seseorang yang hatinya masih diberikan rasa belas kasihan dan kasih sayang kepada sesama untuk membeli amplopnya.

Kakek penjual amplop depan ITB

Sebuah renungan, kadang kita membeli apa yang kita mau, apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan. Dan terkadang juga kita membeli sesuatu dan barang itu tidak terpakai, alias boros dan mubazzir. Apa salahnya suatu saat, kita menyisihkan uang kita untuk membantu orang-orang yang memang memerlukan bantuan dan pertolongan kita, dengan membeli dagangannya meski kita tidak lagi mebutuhkannya, meski kita tidak menyukai dagangannya. Apa salahnya, jika kita memberikan kesempatan kepada diri kita untuk menjadi perantara Allah dalam menurunkan rezkinya kepada sesama.

Saya tak bisa membayangkan, perasaan apa dan bagaimana sakitnya jika dagangan mereka tidak laku-laku. Bagaimana kalo mereka adalah tulang punggung keluarga, apa yang harus diucapkan kepada keluarganya ketika pulang tanpa membawa apa-apa. Orang-orang seperti mereka sering kita jumpai, namun seringkali kita tidak memperhatikannya. Suatu saat, dimana pun itu, ketika berjumpa dengan orang-orang seperti mereka, lihat mata mereka, lihat kedalam..tak ada orang lain yang memiliki mata yang penuh dengan HARAPAN seperti itu. Harapan hari ini, pulang dengan membawa nafkah buat keluarganya..

Saya fikir, apa yang dilakukan oleh Kakek itu adalah perjuangan. Kakek itu berjuang, berjuang untuk hidupnya dan untuk keluarganya, maybee!!
Kakek itu menerima takdirnya, menjalani takdirnya dan memperjuangkan takdirnya. Yah seperti itulah, Kakek itu menjalani lika-liku hidupnya.
Nah, lantas kenapa seringkali kita menyerah dengan apa yang terjadi dihidup kita, kenapa selalu membesarkan masalah, kenapa selalu ada rasa putus asa..kenapa kita tidak memperjuangkan mimpi-mimpi kita, memperjuangkan sisa-sisa kepingan rasa bersalah dan penyesalan yang tertinggal ketika kita berbuat salah, ketika kita jatuh dan sulit untuk bangkit lagi..

Coba renungkan, alasan apalagi buat kita untuk tidak bersyukur kepada Allah atas semua yang kita miliki saat inil ?? Segalanya Allah telah penuhi, tak perlu memikirkan besok bisa makan gak yah, atau sebentar malam ada tempat berteduh gak yah ??
Kita sudah diberikan semuanya yang kita butuh, kemudahan ini itu, bila dibandingkan dengan orang-orang kecil seperti mereka..
Apa yang mesti kita sombongkan ??
Dalam menjalani hidup ini, sudah sepatutnya harus banyak-banyak bersyukur seperti dalam ayat Alquran. " Maka nikmat Tuhanmu yang manakah, yang kamu dustakan"...
Saya nulis ini, bukan bermaksud menggurui atau karena saya lebih dari teman-teman semua, namun saya hanya mencoba berbagi aja apa yang saya punya tanpa memungkiri selama ini juga terlalu banyak keluh kesah yang terlontar..

Hooaammm, dan ternyata saya mengantukkk pemirsa !!
Hem, pesan malam ini, ingatt yah \
"Tidak semua orang diberikan kesempatan untuk berbuat baik walaupun mereka orang yang baik, tidak semua orang dibukakan pintu hatinya untuk menolong orang lain walaupun mereka bisa menolong, tidak semua orang mau berbagi walaupun mereka bergelimang harta dan berkecukupan, tetapi apa salahnya jika kita berbuat baik, menolong, berbagi dan berkorban sedikit saja untuk orang lain dalam kesederhanaan kita selagi kita mampu, selagi kita bisa."


Nebeng jepret