Kamis, 13 Februari 2014

Trip To Jember Chapter 2 : Kawah Ijen

Untuk beberapa waktu, akhirnya bisa mendaki lagi. Jadi inget masa-masa SMA di Kendari, akhir pekan yang biasanya saya dan temen-temen OSIS ke gunung kecil untuk hiking, menikmati pesona waterfall yang ada di sana. Sekarang, bareng temen-temen kuliah Magister Farmasi, misi liburan kami adalah menaklukan gunung Ijen, menikmati pesona kawah Ijen di atas sana.

Welcome dear

Hello Backpacker Eceehh-ecehh

Suasanannya ramai banget. Banyak yang buat tenda sendiri, ada yang nginap di shelter seperti kami, suasana warung makan disekitar shelter di penuhi oleh pengunjung, menikmati segelas kopi untuk menghangatkan badan. Saya dan temen-temen memilih melahap semangkok bakso untuk makan siang kami. Selanjutnya, saatnya foto-foto dan bernarsis ria.

Menjelang Magrib di Sekitar Shelter

Udah mulai berkabut

Foto-foto sampai sore, trus istirahat di shelter sambil maen kartu sama nyanyi-nyanyi kebetulan mas Alvan bawa gitar. Tapi lagu yang di mainkan mas Alvan, kebanyakan hanya lagu-lagu yang di jamannya aja alias jadul 90 an ke bawah, hehehe, maklum orang tua :). Makan malam Pop Mie sama jagung bakar dan singkong bakar. Semua peralatan dan bahan makanan kami siapkan dari Jember.

With Om Alvan  Gitaris From Jember City

Barbeque an Jagung and Ketela

Jam 9, kami mempersiapkan apa yang mau di bawa besok subuh. Semua senter, makanan dan minuman di kumpulkan jadi satu. Karena yang akan membawa semua persediaan air minum dan makanan ke puncak adalah Mas Rais dan Mas Fadil. Setiap dari kami di wajibkan melengkapi kaos kaki, sarung tangan, masker, jaket, syall, jas hujan dan perlengkapan lain yang nantinya kemungkinan akan di butuhkan selama pendakian (cth: Tissue basah, obat pribadi). Setelah itu, kami istirahat. Selang beberapa menit temen-temen udah terlelap termasuk saya. Namun, sekitar jam 23.30 saya terbangun, tiba-tiba kakiku gemetar kemudian disusul sekujur tubuh. Sepertinya saya merasa gak normal, jangan-jangan saya sakit lagi, mampuss !! Waduh, kalau sampai sakit, bakalan gak bisa ikut mendaki ntar subuh. Pelan-pelan saya bangun dan duduk, ternyata Mas Fadil juga ikutan bangun lalu di susul teman-teman yang lain. Astaga, malem itu dinginnya pake cetar membahana badai sejagat raya, dingin bingitssss.....Tak bisa menahan panggilan alam ke kamar kecil. Kemudian berusaha mencoba kembali tidur dengan menambah balutan pakaian dan celana 3 lapis, syall melingkar di leher sampai susah bernafas, heheheeh. Kacau, asyemm dingin banget :(

Jam 2 dini hari kami semua di bangunkan, makasih buat Mas Wahyu yang udah menyiapkan santapan energen n kopi panas. Semuanya siap-siap dengan stelan yang bisa menghangatkan, kami berkumpul lalu di bagikan senter satu per satu, kemudian berdoa bersama sebelum mendaki. Pendakian kami mulai tepat jam 03.00 dini hari. 

Bonek (Bocah Nekad)

Berdoa Dulu Sebelum Berangkat

Medan pendakian lumayan curam, terbukti dengan nafas kami yang terengah-engah sambil mendaki. Tidak ada sumber cahaya lain, selain dari senter yang kami bawa. Kiri kanan hutan dan beberapa kali spot melihat kota Banyuwangi dari atas, its so beautifull moments. Bukan cuman kami, tapi banyak pendaki lain bahkan banyak yang dari luar negeri alias bule. Diperjalanan ke atas, Mba Rani bertemu dengan bule yang umurnya udah di atas 60 tahun, katanya bule itu udah sering menjelajahi keindahan Indonesia. Waawww, proud be Indonesian citizen. Orang luar aja bangga dengan keindahan Indonesia, apalagi kita guys...

Pose On The Way

Jadi ceritanya temen saya Nurul (Gambar yang tengah) itu gak kuat mendaki, akhirnya berkat our lady hero si mba Meyke, dengan semangat membopong Nurul sampai puncak. Luar biasa perjuangan Nurul yang katanya sama sekali gak nyanka kalau medan perjalanannya berat banget. Heheheh
Ada juga perjuangan yang tak kalah hebatnya diantara perjuangan kami, sebut saja "Bunga" (Namanya di sensor aja yah), seorang perempuan bermental baja yang berhasil menahan Boker hingga puncak.Luar biasa, sangat super sekali :)
Tak akan pernah saya lupakan fenomena yang satu ini. 

Udah Setengah Tak Berdaya

Jadi memang mendaki itu enaknya pas malem hari. Salah satu keuntungannya, karena gelap jadi kita tidak bisa melihat suasana dan keadaan rute yang menanjak, ini berkaitan dengan psikolog kami dan sugesti. Cuman di iming-imingi katanya "Sebentar lagi kok", "Ini udah dekat", padahal masih sangat jauh. Suasana di atas itu romantis, saya sempat lihat bintang jatuh, langit penuh dengan hamparan bintang. Setelah berjalan 2 jam diselingi dengan beberapa kali istirahat, akhirnya kami tiba di puncak. 
Cuman Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar dan air mata saat tiba di atas, memuji keindahan ciptaan Allah. 
"Sekarang aku mengerti, seorang pendaki yang selalu ingin kembali ke gunung"

Small Heaven Ijen

With Mas Rais 

The Boys 


The Girls

Di puncak udaranya lebih dingin dari di shelter. Bau belerang yang sangat menyengat. Masker lapis 2 gak ampuh, sampai maskerku harus dibasahi dengan air lagi baru agak mendingan. Ada yang foto-foto, duduk termenung menikmati semuanya, ada yang buang hajat, buang air kecil, ganti pembalut, menikmati makanan dan minuman yang kami bawa dan bercerita tentang kisah hidup yang indah. Saya memilih untuk merebahkan badan, menatap langit dan merenungkan sudah berapa jauh jarak yang aku tempuh meninggalkan rumah dan orang-orang yang aku sayang di sana. Semakin jauh melangkah, semakin banyak tempat dan orang-orang baru yang ku temui, semakin dasyat rasa rindu untuk kembali pulang. Tapi entah perasaan apa, aku tak memungkiri kalau sebenarnya ada rasa nyaman di dalam hati. Menyusuri tiap sudut dunia ini dengan pengalaman bermakna. 

Pinggir Kawah Dari Atas

 Kawahnya Tepat Berada di Bawah

Apelnya Serasa dari Lemari Es

With Mbak Lincah 2

With Bestie


Setelah puas foto-foto, cukup beristirahat dan menikmati suasana di atas, di dukung dengan udara yang semakin mendingin akhirnya tepat jam 07.30 kami memutuskan untuk turun. Sempat terkaget-kaget melihat medan yang telah kami daki, waawwww bener-bener menanjak sampai turun pun susah karena takut terpleset. Dalam perjalanan turun alhamdulillah 2 kali terkilir, untung ada Counterpain.

Kata orang, katanya kalau di gunung sifat asli kita kelihatan. Yang saya lihat dari pendakian ini, bahwa tak ada kata tidak bisa selagi kita mau berusaha, yang ada hanyalah tidak ada kemauan. Dan kalaupun ternyata setelah berusaha akhirnya gak sesuai dengan harapan kita, paling gak kita menyadari bahwa perjuangan dan perngorbanan itu indah dan menakjubkan...

"Ijen adalah surga kecil bagi saya. Ijen sangat indah, seperti surga kecil yang disediakan Allah buat kita di dunia..."