Minggu, 02 November 2014

If love, it will never die



            Pada suatu sore di bawah langit kota yang bernama Yogyakarta, kau menemukanku. Pertama kali di dalam kehidupan ini, aku merasakan ada perasaan lain yang menjamah hatiku. Aneh tapi terasa indah dan aku menikmatinya. Terimakasih, dalam dinginnya hujan di awal bulan Januari saat itu, kau hadir memberiku kehangatan lewat senyumanmu. 

            Sudah hampir 3 jam aku duduk sendiri di sudut Café ini. Menyeruput segelas cappuccino yang sudah dingin, sambil menikmati langit yang sedang meluapkan kemarahannya lewat milayaran tetes hujan yang tak kunjung berhenti sejak tadi. Aku melihat sekelompok perempuan di meja dekat kasir sedang asik bercanda satu sama lain, tertawa dengan lepasnya, saling berbagi cerita dalam hari-hari mereka. Lalu meja di depanku, disana ada pasangan yang sedang menikmati sup asparagus dan pan cake coklat istimewa. Tampaknya mereka sedang kasmaran dan itu jelas nampak lewat gesture yang mereka isyaratkan. Café ini memang klasik dan menyimpan banyak cerita bagi masing-masing pengunjungnya. Aku tak menyangka, hidupku berubah karena kehadiranmu dan kisah kita bermula di café ini. 

            Lewat jendela, aku melihatmu menerobos hujan dengan berlari. Tak cukup 3 menit, kau telah berdiri tepat di depan mejaku, kau tampak kacau saat itu, basah kuyup dengan bibir gemetar karena kedinginan. Dengan acuh kau duduk di depanku, kemudian tersenyum padaku. Bukannya membalasnya, aku malah hanya terdiam terpaku menikmati setiap pesona yang dianugerahkan Tuhan kepadamu. Waktu seperti berhenti, Tuhan seperti mengirim mu untukku.

“Hey, punya tissue gak ?” tanyamu dengan nada suara yang sedikit bergetar
“Oh, tissue ? Hem, ada kok !!” aku segera merogoh isi tasku dengan gaya salah tingkah, berusaha menemukan tissue yang kau minta. 

Batinku berkata, lelaki seperti apa yang hari gini pakai tissue. Lucu rasanya. Aku menyodorkan tissue itu dengan tangan yang gemetar, seperti ada sengatan listrik yang menghujam tubuhku seketika. Saat itu, mata kita saling bertemu, kau bukan hanya mengambil tissue itu dari tanganku, tapi ikut menggenggam tanganku erat. Aku sadar, perasaan itu tidak hanya berkecamuk di hatiku, aku yakin hatimu memiliki rasa yang sama. 

            Aku mulai percaya dengan apa yang disebut cinta pada pandangan pertama”


            Kita tak pernah melupakan indahnya hujan saat itu. Perasaan kita seperti mengalir begitu saja. Hari-hariku menjadi lebih istimewa. Aku memilikimu dalam hatiku, sehingga aku tak pernah merasa kesepian. Kau mengajariku memaknai tiap detik hidup ini dengan cinta dan ketulusan. Aku beruntung memilikimu di kehidupan ini Frans. 

            Sejak bertemu denganmu, aku tak pernah melewati hari tanpa mendapatkan setangkai bunga mawar putih darimu. Dengan kartu ucapan berwarna ungu yang bertuliskan harapan dan doa-doa tentang kita. Aku selalu menyimpan bunga-bunga itu hingga layu, hingga kelopaknya berubah menjadi kecoklatan dan berguguran satu per satu. Kau bilang, mawar putih melambangkan cinta sejati yang tulus. 

“Rani, semoga Tuhan selalu menjagamu seperti Dia menjaga hubungan kita”

Tiap kartu ucapan aku arsipkan berdasarkan bulan yang telah kita lewati. Aku menyimpan dan menatanya rapi di case meja belajarku. Tidak terasa, ini sudah bulan ke 12 atau Desember sejak saat pertama kali kita bertemu. Sudah ada sekitar 330 lembar kartu ucapan berwarna ungu yang terkumpul. Hari-hariku kau sirami dengan cinta yang begitu dalam, tanpa batas tanpa lelah. 

Sejak bersamamu, aku seperti memiliki hati untuk kembali pulang. Saat aku jatuh dan terluka, kau menyembuhkanku dengan cintamu. Saat aku rapuh dan tak berdaya, kau menguatkanku dengan kasihmu. Kau menjadikanku istimewa, kau membuatku menjadi wanita paling beruntung di dunia ini karena memilikimu. Saat aku menangis, kau memberikan pelukanmu untukku. Jika aku marah, kau meredamnya dengan kesabaranmu. Aku merasa kau adalah orang yang benar-benar mengenalku seutuhnya. Kau mengenal senyuman Rani, tangisan Rani, ketidak berdayaan dan kejayaan Rani. Aku seperti menyatu denganmu Frans. Aku seperti tulang rusuk yang menemukan tempatnya untuk kembali. 

Tepat di hari ulang tahunku yang ke 25 kau memberiku hadiah yang sangat special yang pernah aku terima disepanjang hidupku. Hadiah yang tak pernah diberikan orang lain untukku. Sebuah cincin dengan intan berwarna putih kecil di atasnya, ditemani kalimat yang langsung kudengar dari mulutmu.

“Rani, aku ingin menua bersamamu. Maukah kau berbagi sisa kehidupan ini bersamaku ?? Ijinkan aku menjagamu Ran !!“ pintamu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya Frans. Tentu saja, dikehidupan ini ataupun kehidupan nanti. !!” kataku sambil mengangguk perlahan kemudian ada kristal air mata yang berderai disudut mataku.

Frans telah menyempurnakan cintanya untukku



Tak ada hal yang lebih indah, disaat aku terjaga, wajahmu yang pertama kali aku lihat. Bisa memandangmu kapanpun aku mau, bisa bersamamu tiap waktu. Merawatmu di saat kamu lelah. Menyiapkan sarapan untukmu, membetulkan dasimu sebelum ke kantor, setia menunggumu pulang kemudian makan malam romantis bersama dirumah. Saat hari libur, kau berbaring di pangkuanku dan aku membersihkan telingamu. Berlibur ke pulau Karimun Jawa bersama, mendatangi tempat-tempat indah di pelosok dunia ini. Roma, Paris dan Korea sudah ku masukkan dalam mapping traveling kita sayang. 

Semuanya terlihat indah, bahkan sangat indah. Meski semua itu, hanyalah sekedar impian dan angan-angan. Mimpi-mimpi itu seperti hancur sebelum kuwujudkan bersamamu. 

1 tahun kemudian…
            Aku melihatmu sambil tersenyum sakit dan begitu pahit. Menelusup kesetiap sudut wajahmu seperti yang sering aku lakukan sejak dulu. Aku mengenggam tanganmu seerat kau genggam tanganku pada saat pertama kali bertemu. Mencoba menghadirkan kembali kenangan  indah itu. Aku mencium keningmu, hangat. Aku memelukmu erat. 
Sudah setahun ini kau tidak membalas senyuman, pelukan dan kecupanku Frans. 

Kapan kau akan sadar dan terbangun dari komamu ??

“Frans, sayang…kumohon, kembalilah padaku” bisikku perlahan di telingamu.

1 tahun lalu tepat seminggu sebelum pernikahan kita, kecelakaan maut membuatmu tidak sadarkan diri hingga sekarang. Kejadian yang menimpamu mungkin memupuskan mimpi-mimpi kita, tapi tidak dengan cintaku Frans. 

Tak ada yang berubah, tak ada hari yang terlewati tanpa mawar putih untukmu yang tentu saja dilengkapi kartu ucapan berwarna ungu yang bertuliskan doa-doa untukmu sayang



“Frans, my darl’ I’l be waiting for you dear. You can through this”
 
Tak ada yang bisa menggantikanmu Frans.
            Seperti ada bagian yang hilang dari hatiku. Melihatmu seperti ini, seperti menghujamkan tombak ke hatiku sendiri. Sakit rasanya. Aku takut kehilanganmu Frans, sangat takut kehilanganmu. Seandainya aku bisa, aku tak akan membiarkan Tuhan mengambilmu dariku. Disaat semua orang kehilangan keyakinan dan dokter pun lepas tangan, aku bertahan dengan keyakinan dan kekuatan cintaku. Setia menunggumu terjaga. 

            Saat ini hari-hariku memang serasa kelabu, namun tak bisa kubayangkan akan segelap apa jika nanti itu tanpamu Frans. Kau berjanji akan menjagaku, kumohon bangunlah Frans, tersenyumlah padaku, kembalilah padaku. Tak ada yang bisa menggantikanmu, tak akan pernah bisa terasa sama jika itu bukan denganmu. 

            Kita sudah berjanji akan menua bersama, meski kenyataannya begini, maka aku akan menua bersamamu dengan cara seperti ini sayang. Aku tak akan pernah bisa merelakan sisa hidupku untuk aku bagi dengan hati yang lain. Mungkin ini yang disebut dengan pengorbanan dalam cinta. Saat kau benar-benar mencintai seseorang, kau akan mengorbankan apapun untuk bisa tetap bersamanya. 

Kau adalah hal terbaik yang pernah aku miliki di dunia ini. Mencintaimu adalah moment terindah yang pernah terjadi dalam hidupku. Terimakasih telah menjejakkan hatimu dalam hidupku, Frans, tak ada yang bisa menggantikanmu dikehidupan ini ataupun nanti.
“Aku mencintaimu Frans…”