Pada suatu sore di bawah langit kota
yang bernama Yogyakarta, kau menemukanku. Pertama kali di dalam kehidupan
ini, aku merasakan ada perasaan lain yang menjamah hatiku. Aneh tapi terasa
indah dan aku menikmatinya. Terimakasih, dalam dinginnya hujan di awal bulan
Januari saat itu, kau hadir memberiku kehangatan lewat senyumanmu.
Sudah hampir 3 jam aku duduk sendiri
di sudut Café ini. Menyeruput segelas cappuccino yang sudah dingin, sambil
menikmati langit yang sedang meluapkan kemarahannya lewat milayaran tetes hujan
yang tak kunjung berhenti sejak tadi. Aku melihat sekelompok perempuan di meja
dekat kasir sedang asik bercanda satu sama lain, tertawa dengan lepasnya,
saling berbagi cerita dalam hari-hari mereka. Lalu meja di depanku, disana ada
pasangan yang sedang menikmati sup asparagus dan pan cake coklat istimewa.
Tampaknya mereka sedang kasmaran dan itu jelas nampak lewat gesture yang mereka
isyaratkan. Café ini memang klasik dan menyimpan banyak cerita bagi masing-masing
pengunjungnya. Aku tak menyangka, hidupku berubah karena kehadiranmu dan kisah kita
bermula di café ini.
Lewat jendela, aku melihatmu
menerobos hujan dengan berlari. Tak cukup 3 menit, kau telah berdiri tepat di
depan mejaku, kau tampak kacau saat itu, basah kuyup dengan bibir gemetar
karena kedinginan. Dengan acuh kau duduk di depanku, kemudian tersenyum padaku.
Bukannya membalasnya, aku malah hanya terdiam terpaku menikmati setiap pesona
yang dianugerahkan Tuhan kepadamu. Waktu seperti berhenti, Tuhan seperti
mengirim mu untukku.
“Hey, punya
tissue gak ?” tanyamu dengan nada suara yang sedikit bergetar
“Oh, tissue ?
Hem, ada kok !!” aku segera merogoh isi tasku dengan gaya salah tingkah,
berusaha menemukan tissue yang kau minta.
Batinku
berkata, lelaki seperti apa yang hari gini pakai tissue. Lucu rasanya. Aku menyodorkan
tissue itu dengan tangan yang gemetar, seperti ada sengatan listrik yang
menghujam tubuhku seketika. Saat itu, mata kita saling bertemu, kau bukan hanya
mengambil tissue itu dari tanganku, tapi ikut menggenggam tanganku erat. Aku
sadar, perasaan itu tidak hanya berkecamuk di hatiku, aku yakin hatimu memiliki
rasa yang sama.
“Aku
mulai percaya dengan apa yang disebut cinta pada pandangan pertama”
Kita tak pernah melupakan indahnya hujan saat itu. Perasaan
kita seperti mengalir begitu saja. Hari-hariku menjadi lebih istimewa. Aku
memilikimu dalam hatiku, sehingga aku tak pernah merasa kesepian. Kau
mengajariku memaknai tiap detik hidup ini dengan cinta dan ketulusan. Aku beruntung
memilikimu di kehidupan ini Frans.
Sejak bertemu denganmu, aku tak
pernah melewati hari tanpa mendapatkan setangkai bunga mawar putih darimu.
Dengan kartu ucapan berwarna ungu yang bertuliskan harapan dan doa-doa tentang
kita. Aku selalu menyimpan bunga-bunga itu hingga layu, hingga kelopaknya
berubah menjadi kecoklatan dan berguguran satu per satu. Kau bilang, mawar
putih melambangkan cinta sejati yang tulus.
“Rani, semoga Tuhan selalu menjagamu seperti Dia
menjaga hubungan kita”
Tiap
kartu ucapan aku arsipkan berdasarkan bulan yang telah kita lewati. Aku
menyimpan dan menatanya rapi di case meja belajarku. Tidak terasa, ini sudah
bulan ke 12 atau Desember sejak saat pertama kali kita bertemu. Sudah ada
sekitar 330 lembar kartu ucapan berwarna ungu yang terkumpul. Hari-hariku kau
sirami dengan cinta yang begitu dalam, tanpa batas tanpa lelah.
Sejak
bersamamu, aku seperti memiliki hati untuk kembali pulang. Saat aku jatuh dan
terluka, kau menyembuhkanku dengan cintamu. Saat aku rapuh dan tak berdaya, kau
menguatkanku dengan kasihmu. Kau menjadikanku istimewa, kau membuatku menjadi
wanita paling beruntung di dunia ini karena memilikimu. Saat aku menangis, kau
memberikan pelukanmu untukku. Jika aku marah, kau meredamnya dengan
kesabaranmu. Aku merasa kau adalah orang yang benar-benar mengenalku seutuhnya.
Kau mengenal senyuman Rani, tangisan Rani, ketidak berdayaan dan kejayaan Rani.
Aku seperti menyatu denganmu Frans. Aku seperti tulang rusuk yang menemukan
tempatnya untuk kembali.
Tepat
di hari ulang tahunku yang ke 25 kau memberiku hadiah yang sangat special yang
pernah aku terima disepanjang hidupku. Hadiah yang tak pernah diberikan orang
lain untukku. Sebuah cincin dengan intan berwarna putih kecil di atasnya,
ditemani kalimat yang langsung kudengar dari mulutmu.
“Rani, aku ingin
menua bersamamu. Maukah kau berbagi sisa kehidupan ini bersamaku ?? Ijinkan aku
menjagamu Ran !!“ pintamu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya Frans.
Tentu saja, dikehidupan ini ataupun kehidupan nanti. !!” kataku sambil
mengangguk perlahan kemudian ada kristal air mata yang berderai disudut mataku.
Frans telah menyempurnakan cintanya untukku
Tak
ada hal yang lebih indah, disaat aku terjaga, wajahmu yang pertama kali aku
lihat. Bisa memandangmu kapanpun aku mau, bisa bersamamu tiap waktu. Merawatmu di
saat kamu lelah. Menyiapkan sarapan untukmu, membetulkan dasimu sebelum ke
kantor, setia menunggumu pulang kemudian makan malam romantis bersama dirumah.
Saat hari libur, kau berbaring di pangkuanku dan aku membersihkan telingamu. Berlibur
ke pulau Karimun Jawa bersama, mendatangi tempat-tempat indah di pelosok dunia
ini. Roma, Paris dan Korea sudah ku masukkan dalam mapping traveling kita
sayang.
Semuanya
terlihat indah, bahkan sangat indah. Meski semua itu, hanyalah sekedar impian
dan angan-angan. Mimpi-mimpi itu seperti hancur sebelum kuwujudkan bersamamu.
1 tahun kemudian…
Aku melihatmu sambil tersenyum sakit
dan begitu pahit. Menelusup kesetiap sudut wajahmu seperti yang sering aku
lakukan sejak dulu. Aku mengenggam tanganmu seerat kau genggam tanganku pada
saat pertama kali bertemu. Mencoba menghadirkan kembali kenangan indah itu. Aku mencium keningmu, hangat. Aku
memelukmu erat.
Sudah setahun ini kau tidak membalas
senyuman, pelukan dan kecupanku Frans.
Kapan kau akan sadar dan terbangun dari komamu ??
“Frans,
sayang…kumohon, kembalilah padaku” bisikku perlahan di telingamu.
1
tahun lalu tepat seminggu sebelum pernikahan kita, kecelakaan maut membuatmu
tidak sadarkan diri hingga sekarang. Kejadian yang menimpamu mungkin memupuskan
mimpi-mimpi kita, tapi tidak dengan cintaku Frans.
Tak
ada yang berubah, tak ada hari yang terlewati tanpa mawar putih untukmu yang
tentu saja dilengkapi kartu ucapan berwarna ungu yang bertuliskan doa-doa
untukmu sayang
“Frans, my darl’ I’l be waiting for you dear. You can
through this”
Tak ada yang bisa menggantikanmu Frans.
Seperti ada bagian yang hilang dari
hatiku. Melihatmu seperti ini, seperti menghujamkan tombak ke hatiku sendiri.
Sakit rasanya. Aku takut kehilanganmu Frans, sangat takut kehilanganmu. Seandainya
aku bisa, aku tak akan membiarkan Tuhan mengambilmu dariku. Disaat semua orang
kehilangan keyakinan dan dokter pun lepas tangan, aku bertahan dengan keyakinan
dan kekuatan cintaku. Setia menunggumu terjaga.
Saat ini hari-hariku memang serasa
kelabu, namun tak bisa kubayangkan akan segelap apa jika nanti itu tanpamu Frans.
Kau berjanji akan menjagaku, kumohon bangunlah Frans, tersenyumlah padaku,
kembalilah padaku. Tak ada yang bisa menggantikanmu, tak akan pernah bisa
terasa sama jika itu bukan denganmu.
Kita sudah berjanji akan menua bersama,
meski kenyataannya begini, maka aku akan menua bersamamu dengan cara seperti
ini sayang. Aku tak akan pernah bisa merelakan sisa hidupku untuk aku bagi
dengan hati yang lain. Mungkin ini yang disebut dengan pengorbanan dalam cinta.
Saat kau benar-benar mencintai seseorang, kau akan mengorbankan apapun untuk
bisa tetap bersamanya.
Kau
adalah hal terbaik yang pernah aku miliki di dunia ini. Mencintaimu adalah
moment terindah yang pernah terjadi dalam hidupku. Terimakasih telah
menjejakkan hatimu dalam hidupku, Frans, tak ada yang bisa menggantikanmu
dikehidupan ini ataupun nanti.
“Aku mencintaimu Frans…”